Raden Ajeng Kartini adalah salah satu tokoh pahlawan perempuan Indonesia yang berasal keluarga priyayi atau bangsawan Jawa. Raden Ajeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 merupakan putri seorang bupati Jepara dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M. A. Ngasirah. Pada masanya, Raden Ajeng Kartini melihat ketika itu banyak fenomena yang membedakan seseorang berdasarkan gender, terlebih di bidang pendidikan. Kartini tidak diam, Raden Ajeng Kartini berusaha sekeras tenaga mengubah keadaan yang ada dengan memperjuangkan hak-hak kaum wanita. Raden Ajeng Kartini menjadi inspirasi bagi banyak perempuan Indonesia, yang sejatinya bisa maju dan berkembang, baik dari sisi pemikirannya maupun tindakannya, untuk memperjuangkan hak wanita dan memajukan bangsa. Wanita masa kini diharapkan bisa lebih tangguh dan berkembang untuk menghadapi tantangan zaman. Raden Ajeng Kartini meninggal pada usia 25 tahun dan hari kelahirannya tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini di seluruh penjuru Indonesia, sebagai bentuk penghargaan kepada perjuangan hak perempuan yang dilakukannya di masa lampau, maka tanggal kelahirannya ditetapkan sebagai Hari Kartini. Kisah dan Fakta Menarik Raden Ajeng Kartini. Yuk, disimak! Nama Raden Ajeng Kartini diabadikan sebagai Nama Jalan di Belanda Nama R.A Kartini diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota Belanda sebagai bentuk tanda cinta dan penghormatan atas jasa perjuangan hak perempuan. Hal itu dibuktikan dengan adanya nama jalan R.A. Kartini di Belanda, yakni di kota Utrecht, Venlo, Amsterdam, dan Haarlem. Jalan R.A Kartini terletak pada kota Utrecht di kawasan deretan perumahan yang tertata apik. Jalan tersebut dihuni oleh kalangan menengah. Jalan utamanya berbentuk huruf ‘U’ yang ukurannya lebih besar dibandingkan jalan-jalan yang menggunakan nama-nama tokoh Eropa lainnya. Lalu, pada kota Venlo, nama jalannya ialah RA Kartinistraat di kawasan Hagerhof. Bentuk jalannya berupa huruf ‘O’ dan di sekitarnya terdapat nama jalan dari tokoh Anne Frank dan Mathilde Wibaut. Kemudian, Ibukota Belanda, yakni Amsterdam, jalan Raden Adjeng Kartini ada di daerah Zuidoost atau dikenal dengan Bijlmer. Di sekitar jalan tersebut terdapat nama-nama jalan dari tokoh-tokoh ternama yang berkontribusi kepada sejarah dunia, seperti Jalan Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, dan Isabella Richards. Dan, paling menarik adalah di Haarlem. Nama jalan Kartini berdampingan dengan nama jalan dari tokoh-tokoh perjuangan Indonesia. Seperti jalan Mohammad Hatta, Jalan Sutan Sjahrir, dan langsung tembus ke Jalan Chris Soumokil, Presiden Kedua Republik Maluku Selatan (RMS). Raden Ajeng Kartini Menuliskan Buku Berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” Pada tahun 1911, ketika Indonesia masih berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Raden Ajeng Kartini menulis surat kepada sahabat penanya di Belanda, di mana dia melampiaskan rasa frustrasinya tentang ketidakadilan ketidaksetaraan gender dalam budaya Javen. Dia merasa bahwa wanita hanya dihargai sebagai istri dan ibu. Surat-surat R.A Kartini diterbitkan dalam sebuah buku berjudul Out of Dark Comes Light. Buku ini diterima dengan minat besar dari orang-orang di Belanda yang untuk pertama kalinya terpapar pada ide-ide seorang wanita Indonesia yang cerdas, berbicara dengan baik, dan progresif yang mendiskusikan ide-ide feminisme. Karya tersebut mengubah cara orang-orang di Eropa memandang perempuan di Indonesia dan memberikan inspirasi bagi gerakan kemerdekaan Indonesia. Beberapa suratnya diterbitkan di majalah-majalah Belanda. Surat-surat tersebut kemudian dikumpulkan oleh J.H. Abendanon. Sebetulnya dalam buku itu terdapat 150 surat, Namun, tidak semua surat tersebut ditampilkan dalam buku yang dalam bahasa Belanda berjudul “Door Duisternis tot Licht” tersebut. Saat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, isi surat yang ditampilkan sekitar 100 surat. Dalam buku tersebut, banyak pemikiran Kartini yang mengkritik kondisi sosial saat dirinya hidup. Khususnya terhadap posisi perempuan dalam struktur sosial masyarakat kala itu. Buku itu kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan menerbitkan sebanyak 100 surat, diantaranya 53 surat diberikan untuk sahabatnya yang berada di luar negeri yaitu Rosa Abendanon dan suaminya, Meski sudah meninggal, perjuangan Kartini lewat surat-suratnya memiliki arti penting bagi kedudukan wanita Indonesia. Salah satunya, buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Raden Ajeng Kartini Menjalani Pingitan R.A Kartini pada masa kecil berbeda dengan anak-anak perempuan di kampungnya. Ia mendapatkan kesempatan sekolah bagus. R.A Kartini menempuh pendidikan di ELS (Europese Lagere School) hingga usianya 12 tahun. R.A Kartini dilarang masuk sekolah menengah pada usia 12 tahun, karena dia seorang perempuan. R.A Kartini menjalani pingitan dalam tradisi Jawa, pingitan sama dengan pengasingan di mana anak perempuan akan menarik diri dari semua kegiatan dan keterlibatan sosial tidak bebas menuntut ilmu, dan juga adat yang mengekang kebebasan perempuan. Pada masa itu ada tradisi wanita Jawa harus tinggal di rumah dan dipingit. Selama sekolah di ELS, R.A Kartini belajar Bahasa Belanda. Karena bisa berbahasa Belanda R.A Kartini tetap belajar dan berkirim surat kepada teman-teman korespondensi dari Belanda salah satunya Rosa Abendanon dan Estelle “Stella” Zeehandelaar. Raden Ajeng Kartini Memiliki Hobi Membaca Buku Raden Ajeng Kartini Sangat mencintai membaca buku, selama menjalani pingitan, R.A Kartini meminjam buku dari kakaknya dan mulai menumbuhkan kecintaannya dalam membaca. Melalui buku-buku yang ditulis oleh para penulis Belanda inilah, R.A Kartini menyadari bahwa perempuan dalam budaya Jawa tidak diizinkan untuk mempunyai kebebasan seperti di Belanda dan negara-negara lain di seluruh dunia. Raden Ajeng Kartini Pandai Memasak Selain membaca dan menulis, hobi R.A Kartini adalah pandai memasak berbagai masakan, khususnya masakan khas Jawa. Adapun, R.A Kartini menggunakan kemahiran memasaknya sebagai sarana diplomasi kebudayaan dengan pemerintahan Hindia Belanda kala itu. Melalui masakannya, Kartini berhasil mengenalkan budaya Jawa kepada bangsa Belanda sehingga mereka menghormati kebudayaan Jawa. R.A Kartini juga sempat mengumpulkan dan menuliskan resep-resep masakannya. Resep-resep itu kemudian ditulis dengan menggunakan aksara Jawa. Penulisan resep dengan aksara Jawa tersebut menunjukkan R.A Kartini masih menguasai tradisi budaya leluhur. Resep-resep itu kemudian ditulis kembali oleh Suryatini N. Ganie, cicit Kartini, dalam buku berjudul “Kisah & Kumpulan Resep Putri Jepara; Rahasia Kuliner R.A. Kartini, R.A. Kardinah, dan R.A. Roekmini.” Raden Ajeng Kartini Mendirikan Sekolah Khusus Perempuan Pertama di Indonesia Raden Ajeng Kartini ingin melanjutkan sekolah ke Jakarta atau ke Belanda, namun orang tuanya tidak mengizinkannya meskipun tidak melarangnya untuk menjadi seorang guru. Hal tersebut membuat R.A Kartini merasa tidak begitu berkembang. akan tetapi R.A Kartini mengurungkan niatnya dan tetap menjalani hidupnya di Jepara. Pada usia 24 tahun, R.A Kartini diminta orang tuanya untuk menikah. R.A Kartini menyetujui dan menikah dengan K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, 12 November 1903. Suami R.A Kartini adalah Bupati Rembang yang telah memiliki 3 istri. Meski sudah menjadi istri, R.A Kartini tetap bersemangat ingin menjadi guru dan mendirikan sekolah. Keinginan R.A Kartini disambut baik suaminya K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. R.A Kartini memperoleh kebebasan dan didukung untuk mendirikan sekolah dasar pertamanya di Indonesia untuk anak perempuan. Sekolah tersebut mendorong pemberdayaan wanita dan mengajarkan mereka kurikulum progresif berbasis barat. sekolah itu berada di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang. Dengan adanya jasa Ibu Kartini yang mewujudkan emansipasi perempuan, semua gender saat ini bisa dan berhak mengenyam pendidikan. Raden Ajeng Kartini Wafat di Usianya Muda Setahun menikah, Raden Ajeng Kartini meninggal tak lama setelah melahirkan seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904. Namun, empat hari setelah melahirkan, R.A Kartini meninggal pada 17 September 1904 dalam usia 25 tahun. R.A Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Selama bertahun-tahun berikutnya, banyak sekolah untuk anak perempuan dibuka dan dinamai untuk menghormati beliau. Museum R.A Kartini Museum R.A Kartini adalah museum yang terletak di utara alun-alun Jepara, Jawa Tengah. Museum ini mengabadikan jasa-jasa perjuangan R.A Kartini yang termasuk museum umum sekaligus objek wisata sejarah maupun edukasi yang dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara. Museum ini terdiri dari 3 buah gedung yang dibangun di atas area seluas 5.210 m2 yang apabila dilihat dari atas gedung – gedung tersebut berbentuk huruf K,T, dan N yang merupakan singkatan dari Kartini, untuk mengenang jasa R.A. Kartini sebagai pejuang emansipasi perempuan di Nusantara. Tanggal 21 April diPeringati Hari Kartini Berkat jasa-jasanya, Raden Ajeng Kartini ditetapkan sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia dan setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini untuk merayakan perayaan tahunan wanita dan anak perempuan di Indonesia dengan fokus pada pendidikan. Demikian fakta menarik kehidupan RA Kartini. semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi. Selamat Hari Kartini untuk semua perempuan hebat Indonesia yang telah berjuang sepenuh hati. Mari jadikan semangat kartini ini sebagai semangat kita bersama dalam mewujudkan mimpi kaum perempuan Indonesia. – SELAMAT HARI KARTINI 2024 – Editor : SF